Article Detail

Agnes Putri dalam Karya Lukisannya

Agnes Putri dalam Karya Lukisannya

(Hasil wawancara Brigitta Ra Sekar, Sagitha Oktaviansa, Feilani, Agnes Febrina)

 

            Darah seni memang  telah lama mengalir dalam tubuh Agnes Putri Wiraswasti, gadis mungil dengan berat  badan 43 kg dan tinggi badan 153 yang akrab dipanggil Agnes.  Ia bisa dikategorikan sebagai calon pelukis hebat dan handal yang sudah banyak sekali menorehkan prestasinya di dunia seni lukis. Sudah sejak lahir Agnes tinggal di Desa Pekik Nyaring No. 33 Bengkulu Tengah. Bersama dengan orang tua dan kedua orang saudaranya Ia mengaku betah tinggal di desa dengan sawahnya yang selalu menghijau setelah musim ‘wiwit’ ini. “Senang sekali bisa tumbuh besar di sini (Desa Pekik Nyaring), di sini tenang dan jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota” akunya sore itu. Siswi kelas XI IPS 1 ini menamatkan TK, SD, dan SMPnya di Sint Carolus Bengkulu dan bercita-cita melanjutkan studi di Universitas Gajah Mada.
            Tiga tahun belakangan adalah tahun-tahun emas baginya, karena Agnes berhasil meraih prestasi cemerlang di bidang lukis. Dua tahun lalu, Agnes dinobatkan menjadi Duta Sanitasi untuk Provinsi Bengkulu dan merebut juara yang ke-3. Setahun sebelum mendapat gelar Duta Sanitasi, putri kedua dari pasangan Bapak Yakobus Paryono dan ibu Theopila Haryani ini medapatkan kesempatan pergi ke Ibu Kota Indonesia, Jakarta untuk mengikuti lomba lukis yang diadakan oleh DULUX dan  berhasil merebut Juara Favorit. Agnes mengaku kurang puas dengan prestasinya itu, tetapi pengalaman itu tak pernah meredamkan semangat Agnes untuk selalu berkarya. Dibuktikannya belum lama ini, Agnes menjadi perwakilan sekolah dalam FLS2N bidang Desain Poster dan meraih juara 1 Desain Poster tingkat Kota, tetapi belum berhasil dalam seleksi provinsi. Kekalahan itu makin menyulutkan semangatnya untuk terus dan terus melukis. Dengan dukungan ibunda tercinta, baru-baru ini Agnes berhasil membuktikan lagi minatnya yang besar terhadap dunia lukis. Sang ibu mengikut-sertakan putrinya dalam lomba lukis yang diadakan untuk memperingati hari jadi BKKBN, dan lagi, Agnes berhasil merebut juara ke-2.
            Dalam wawancara kami sore itu, Ia mengaku bukanlah proses yang instan dan mudah untuk menjadi dirinya yang sekarang, pribadi yang berprestasi dan dibanggakan. Menurutnya, selalu ada rintangan yang menghadang, tetapi tekad kuatlah yang  mampu menggeser keberadaan rintangan itu. Calon pelukis handal yang mengidolakan Pak Asep, pelukis Bengkulu, ini mengaku bahwa kecintaannya pada dunia lukis mulai nampak kala Ia diikutkan dalam seleksi lomba lukis saat ia duduk di kelas 2 SD. Bakatnya pun mulai terlihat kentara saat beberapa kali Ia berhasil merebut juara pada lomba-lomba lukis tingkat SD. Atas kemauan dan dukungan dari orang tuanya, Agnes mencoba mengikuti ekstrakurikuler lukis dan mengikuti les privat melukis oleh seorang pelukis berpengalaman.
            Sebagai siswi yang telah lama mencoba berkecimpung dalam ranah lukis, Agnes tetap menemukan banyak kendala disetiap langkahnya menuju kesuksesan. Seperti yang diceritakan, sering kali ia kehabisan ide. Oleh karena itu, ia harus refreshing untuk kembali mendapatkan inspirasi cemerlang yang layak ia tuangkan ke dalam lukisannya. Dalam proses pelukisan pun,  Agnes sering kesal karena minimnya durasi yang diberikan. Padahal, melukis membutuhkan waktu yang cukup lama. Seiring dengan berjalannya waktu, Agnes banyak menimba ilmu di setiap pengalaman melukisnya. Berikut ini adalah tips-tips melukis dari Agnes:
-  Jangan mudah bosan
-  Jangan takut salah
-  Berani bermain warna
Sejauh ini, dunia lukis baru menjadi tempat ‘curahan-hati’ bagi Agnes. Ia belum benar-benar melihat prospek yang baik dalam dunia lukis. Ia bercita-cita menjadi seorang akutan profesional. Pengalaman dan segudang prestasi yang diraih Agnes membuktikan bahwa apapun impian kita, akan berhasil kita raih jika kita mau berusaha dan pantang menyerah. “Kalah atau menang itu biasa, yang penting kita sudah berusaha.” Begitu kata Agnes yang berusaha menyuntikkan motivasi bagi kita semua.
Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment