Article Detail

Belajar yang menyenangkan

 

UPAYA MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN

Oleh Maria G. Banon Fitri Wahjuni, S.Pd.

Apakah Anda seorang guru? Jika Anda seorang guru pasti tidak asing lagi dengan pengertian “belajar”. Menurut  Drs. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu  itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar sesungguhnya adalah proses untuk mendapatkan sesuatu yang baru berdasarkan pengalaman atau hasil interaksi dengan lingkungannya. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa proses belajar akan efektif jika berdasarkan pengalaman atau berdasarkan kegiatan nyata dengan lingkungannya.

Bertitik tolak dari pengertian belajar ini sebenarnya guru bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan mudah. Metode ceramah untuk masa sekarang tidak lagi menjadi metode yang efektif karena dengan metode ceramah berarti pembelajaran hanya berpusat  pada guru. Siswa dituntut untuk patuh mendengarkan selama 45 menit atau 90 menit. Padahal secara teori kemampuan konsentrasi mendengarkan seseorang maksimal hanya selama lima belas menit. Selebihnya untuk sebagian besar peserta didik tentu menjadi waktu-waktu yang menyiksa. Oleh sebab itu, sering terjadi peserta didik membuat ulah atau tidur saat pembelajaran berlangsung. Sebagai guru, sebaiknya harus berbesar hati untuk bersedia instrospeksi diri jika pada saat mengajar sering terjadi peserta didik membuat ulah atau tidur di dalam kelas. Apakah karena guru kurang menyenangkan atau kurang menarik dalam mengajar?

Di dalam kelas guru adalah manajer. Manajer yang baik akan piawai mengelola kelas menjadi kelas yang kondusif, menyenangkan, namun tetap efektif dalam proses menyampaikan materi pelajaran sehingga peserta didik mampu memahami materi pelajaran yang disampaikan guru. Teori bahwa belajar memerlukan pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya memang tepat untuk memotivasi guru agar aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam mengajar.

Guru harus aktif, artinya guru mempunyai kemauan untuk maju. Jangan pernah merasa bahwa ilmu pengetahuan yang dimiliki guru sudah cukup, sebab pada dasarnya ilmu pengetahuan itu terus berkembang seiring perkembangan zaman, teknologi, dan globalisasi. Guru jangan statis, tidak mau mengadakan perubahan dalam mengajar. Peserta didik dari masa ke masa  mengalami perubahan baik perubahan tingkah laku, karakter, kemauan dan kemampuannya. Perubahan peserta didik ini sebaiknya juga diikuti perubahan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Dalam hal ini diperlukan guru yang aktif dan peka mengikuti perkembangan zaman.

Guru hendaknya inovatif, mampu menciptakan inovasi-inovasi yang baru dalam menyampaikan materi pelajaran. Misalnya untuk pelajaran bahasa (Indonesia, Inggris, Mandarin, dsb) tidak cukup jika hanya disampaikan teori-teori menggunakan metode ceramah. Bahasa pada dasarnya merupakan alat komunikasi. Bahasa akan berkembang jika langsung dipraktikkan untuk komunikasi lisan atau tertulis. Untuk berinovasi, guru bisa memberi tugas siswa di luar sekolah, misalnya melaksanakan wawancara langsung dengan tokoh-tokoh masyarakat. Kegiatan tersebut diliput dalam bentuk rekaman gambar lalu dipresentasikan untuk dievaluasi bersama. Hasil evaluasi tidak hanya disampaikan secara lisan, bisa juga disampaikan secara tertulis dalam bentuk karangan opini. Dengan inovasi seperti ini guru telah membimbing siswa untuk belajar berkomunikasi secara lisan dan tertulis, bersosialisasi, sekaligus berpikir kritis untuk memberi evaluasi dan masukan terhadap pekerjaan temannya.

Bagaimana dengan guru kreatif dan efektif? Guru kreatif dan efektif berarti guru mampu menciptakan dan memanfaatkan pengalaman serta lingkungan sekitar untuk media pembelajaran. Media pembelajaran tidak harus berasal dari barang-barang yang mahal dan baru, bisa juga berasal dari lingkungan sekitar yang mudah didapat oleh peserta didik. Hal ini sekaligus memanfaatkan keefektifan waktu, manfaat, dan maknanya. Buku-buku referensi memang mutlak diperlukan untuk buku pegangan peserta didik mempelajari suatu ilmu. Namun, peserta didik akan lebih mudah mencerna dan mengingat materi pelajaran bila mengalami dan mengenal lingkungan untuk menyimpulkan sendiri teori yang dipelajari.

Selanjutnya, menjadi guru yang menyenangkan perlu memang tidak mudah. Pertama-tama guru harus mengenal dulu karakter peserta didik setiap kelas. Sering terjadi ada kelas yang karakter peserta didiknya pada umumnya penuh perhatian, bersahabat, mempunyai semangat dan daya juang yang tinggi. Namun, banyak juga kelas yang karakter peserta didiknya pada umumnya sering membuat kegaduhan, cuek, sulit menangkap pelajaran, dsb. Dalam hal ini guru harus pandai-pandai memahami karakter peserta didik agar dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Karakter guru sendiri sebenarnya juga mempunyai pengaruh yang besar dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Usahakan guru dapat menempatkan diri sebagai manajer, motivator, dan narasumber yang menyenangkan. Hindari karakter yang emosional, kurang perhatian, kurang tegas, menganggap diri sendiri paling tahu. Karakter-karakter tersebut akan menimbulkan peserta didik mengalami kontradiksi sehingga akhirnya mereka bertindak sesuatu yang kurang menyenangkan. Jika suasana kelas kurang kondusif, secara tidak langsung proses pembelajaran tidak dapat berlangsung menyenangkan. Ada baiknya guru banyak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpendapat lalu diajak bersama- sama membuat kesimpulan. Dengan demikian peserta didik merasa dihargai, hal ini secara perlahan akan menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik. Semoga dengan upaya-upaya yang positif semakin lama seorang guru mampu mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik menjadi generasi penerus bangsa.

 

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment