Article Detail

Praktik Presenter Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara

PRAKTIK PRESENTER UPAYA MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BERBICARA

Oleh: M.G. Banon Fitri Wahjuni, M.Pd.

Abstrak

Manusia merupakan makhluk sosial yang setiap hari selalu berkomunikasi dengan orang lain. Alat untuk berkomunikasi antara manusia yang satu dengan manusia yang lain  dinamakan bahasa.

           Dalam dunia pendidikan, salah satu pelajaran yang diberikan kepada siswa adalah Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dipelajari sejak TK, SD, SMP, SMA bahkan Perguruan Tinggi. Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang penting karena Bahasa Indonesia merupakan alat untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang lain.

           Bahasa Indonesia memiliki 4 (empat) keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca, menulis. Di antara 4 (empat) keterampilan tersebut, keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang memerlukan keberanian, kepercayaan diri, kemampuan berbahasa, dan kemampuan tampil di depan orang banyak. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara, diperlukan metode yang menyenangkan, menarik, dan memotivasi siswa untuk dapat berbicara dengan baik.

            Salah satu metode yang memotivasi siswa agar dapat berbicara dengan baik adalah praktik menjadi host atau presenter. Praktik menjadi host atau presenter memotivasi siswa untuk belajar berbicara dengan sungguh-sungguh serta memberi kesempatan siswa untuk berlatih percaya diri saat tampil berbicara di depan orang banyak.

            Kata kunci : Presenter dan kemampuan berbicara

  1. I.                   Pendahuluan

Bahasa merupakan sarana  untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia. Bahasa dianggap sebagai alat yang paling sempurna dan mampu untuk menyatakan pikiran dan perasaan.

Bahasa mempunyai fungsi tersendiri. Beberapa pakar  berpendapat tentang fungsi bahasa, di antaranya sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, sebagai alat komunikasi, sebagai alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan sebagai alat mengadakan kontrol sosial, Keraf ( dalam Sumadiria, 2006: 8).

Sedangkan Bahasa Indonesia memiliki fungsi khusus, yaitu sebagai alat pemersatu, sebagai pemberi kekhasan, sebagai pembawa kewibawaan, dan sebagai kerangka acuan. Itulah sebabnya Bahasa Indonesia selalu dipelajari di sekolah.

Mengingat Bahasa Indonesia memiliki multifungsi, Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting di sekolah. Hal ini terbukti sejak TK, SD, SMP, sampai dengan SMA, mata pelajaran Bahasa Indonesia selalu ada dengan jumlah jam pelajaran minimal 4 jam per minggu.

Dalam pelajaran Bahasa Indonesia terdapat keterampilan berbahasa yang terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah  tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi.Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya.

Selama ini yang terjadi, keterampilan berbicara sulit dikuasai oleh siswa. Kendala utamanya karena siswa kurang mempunyai kepercayaan diri, kurang menguasai diksi, kurang berwawasan luas, serta kurang menguasai tata cara berbahasa sesuai situasi dan kondisi. Siswa sering beralasan jika disuruh maju ke depan untuk berbicara di depan teman-temannya. Berbicara di depan kelas sering membuat siswa stress, gugup dan kurang percaya diri. Memang, agar bisa berbicara dengan baik di depan orang banyak perlu proses berlatih. Oleh sebab itu, guru perlu mencari metode yang tepat dan menarik, agar siswa mampu meningkatkan kemampuan berbicara dengan cara yang menyenangkan.

Berbagai tayangan acara di televisi memerlukan peran presenter atau host. Menjadi presenter atau host harus mempunyai modal keterampilan berbicara dengan baik. Oleh sebab itu, presenter atau host bisa menjadi model bagi siswa dalam berlatih berbicara.

Berdasarkan alasan tersebut, penulis memilih judul makalah “Praktik Host: Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara”..

 

  1. II.           Pengertian, Fungsi dan Tugas Presenter

Menurut arti katanya presenter adalah seorang yang mengantar suatu sajian.   (https://asiaaudiovisualexc09adibganteng.wordpress.co, diunduh 15November 2018) Sajian tersebut bermacam-macam, seperti musik, aneka program, dan kuis. Sebagai pengantar sajian ia boleh menambah daya tarik materi yang disajikan lewat kata-katanya.

Saat ini, profesi presenter merupakan salah satu profesi impian anak muda di Indonesia. Terlihat saat perekrutan calon tenaga baru beberapa stasiun televisi swasta nasional, yang mendapat antusias tinggi dengan banyaknya peserta tes.

Dalam dunia entertaiment di televisi, nama-nama Tantowi Yahya,  Najwa Shihab, Tukul Arwana, Rosiana Silalahi, Indra Bhekti tidak asing lagi. Mereka adalah presenter atau host terkenal yang sering muncul di televisi dengan acara-acara yang digemari pemirsa. Tantowi Yahya mengawali karier presenter dalam acara Kuis Gita Remaja di TVRI sampai sekarang membawahi acara Go in Country di Metro TV. Najwa Shihab terkenal dengan acara Mata Najwa di Metro TV. Tukul Arwana dalam acara Bukan Empat Mata di Trans 7 serta New Family 100 di Indosiar, Rosiana Silalahi terkenal dalam acara Derap Hukum di SCTV dan Indra Bhekti mulai terkenal ketika menjadi host dalam acara Tralala Trilili di RCTI hingga sekarang menjadi host dalam acara Ceriwis di Trans TV.

Presenter atau host identik dengan seorang yang memiliki kecerdasan, wawasan luas, terkenal dan sering tampil di layar kaca. Seiring berkembangnya industri penyiaran saat ini, profesi sebagai presenter bila ditekuni secara serius, bisa memberikan penghasilan yang menggiurkan.

Istilah presenter, mulai akrab didengar dan dipoluperkan oleh industri televisi di Indonesia. Presenter, yaitu seorang yang membawakan dan menyampaikan sebuah informasi, atau narasi dalam sebuah program acara di stasiun televisi. Seorang presenter tidah hanya bermodalkan wajah cantik serta tampang keren. Meski face menarik, sebagai salah satu faktor pendukung, namun tidak berlaku mutlak. Yang terpenting, memiliki kemampuan membawakan sebuah acara, supaya informasi yang dibawakan dapat diterima dengan baik oleh publik.

Kemampuan seorang presenter saat membawakan acara, berpengaruh terhadap kesuksesan sebuah acara sebab pada dasarnya seorang presenter atau host mempunyai tugas sebagai pemandu acara dari awal sampai akhir acara. Hidup mati dan menarik atau tidak menariknya sebuah acara terletak pada kepiawaian seorang host atau presenter dalam membawakan sebuah acara.

Suara dan kemampuan berbahasa merupakan modal utama seorang host atau presenter. Selain itu, host  juga harus terampil, ramah, jujur, terbuka dalam  membawakan suatu acara. Dengan kemampuan berbahasa dan keterampilan yang dimiliki seorang host membuat sebuah acara menjadi menarik sehingga audiens tidak bosan menyaksikan acara yang sedang ditayangkan atau dipertontonkan.

Dalam dunia penyiaran televisi, dikenal dua jenis presenter, yaitu presenter berita dan presenter acara. (https://asiaaudiovisualexc09adibganteng.wordpress.com, diunduh tanggal 15 Mei 2015)

  1. Presenter Berita

Presenter berita adalah presenter yang mempunyai tugas membacakan sebuah berita. Materi berita yang dibacakan sudah disiapkan oleh redaksi pemberitaan. Presenter berita tidak ikut terlibat dalam penyusunan berita. Dengan demikian, presenter berita hanya perlu mempersiapkan diri dengan baik untuk membacakan berita di depan kamera.

  1. Presenter Acara

Presenter acara bertugas membawakan sebuah program acara, namun tidak terlibat dalam konsep, persiapan serta tanggung jawab dan jalannya acar. Acara yang dibawakan telah disiapkan dan diproduksi oleh masing-masing stasiun televisi atau rumah produksi, seperti presenter musik, infotaiment, dan kuis.

  1. III.         Praktik Presenter

Praktik menjadi presenter merupakan salah satu cara dalam metode bermain peran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih siswa berani berbicara di depan orang banyak. Siswa bermain peran menjadi seorang presenter. Kegiatan praktik menjadi presenter bisa dilaksanakan sebagai berikut

  1. Perencanaan

Langkah perencanaan meliputi:

  1. Siswa membentuk kelompok,  membuat rancangan atau konsep bermain peran. Siswa diberi kebebasan membuat konsep acara yang di dalamnya terdapat presenter. Misalnya acara pengenalan lingkungan, pentas seni, wawancara, dll
  2. Siswa menyiapkan peralatan berupa kamera, alat perekam, dan properti yang diperlukan untuk menampilkan sebuah acara.
    1. Pelaksanaan

Langkah pelaksanaan dibagi menjadi dua tahap

a)                  Tahap pelaksanaan perekaman acara

            Tahap ini dilakukan di luar kelas, siswa melaksanakan kegiatan perekaman pelaksanaan acara dengan menampilkan seorang presenter. Pada saat kegiatan ini berlangsung, siswa merekam menjadi sebuah video

b)                  Tahap pelaksanaan penayangan hasil rekaman

Pada tahap ini dilakukan di dalam kelas. Setiap kelompok menampilkan video hasil rekaman bermain peran menjadi presenter menggunakan LCD dan speaker. Setiap anggota kelompok mendapat giliran untuk menjelaskan kegiatan tersebut. Setelah penayangan video,  kelompok lain diberi kesempatan bertanya atau memberikan tanggapan

 

  1. Evaluasi

Tahap ini guru dan siswa memberikan evaluasi terhadap tayangan video. Guru dan siswa memberi masukan untuk perbaikan penampilan menjadi presenter.

  1. IV.        Keterampilan Berbicara

3.1 Pengertian Keterampilan Berbicara

Menurut Nurgiyantoro (1995:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara. Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan, serta perasaan (Tarigan, 1983:14).

Pendapat lain mengemukakan, “Berbicara adalah keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan pada orang lain” (Mukhsin dalam Carolina, 2001:18).

Sabarti dkk. (dalam Bukian, 2004:15) menyatakan, “Berbicara adalah peristiwa atau proses penyampaian gagasan secara lisan.” Sejalan dengan itu, Tarigan(1991:132) menegaskan, “Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesanmelalui bahasan lisan.”

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat ekspresif dan produktif lisan. Dikatakan produktif karena yang berbicara (pewicara) dituntut untuk menghasilkan paparan secara lisan yang merupakan cermin dari gagasan, perasaan, dan pikiran yang disampaikan kepada orang lain. Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan yang kelihatan memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan untuk menyampaikan  gagasan  atau ide-ide. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik.

 

3.2 Tujuan Keterampilan Berbicara

Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif,  sebaiknya sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu  (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan.

Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu:

  1. Memberitahukan dan melaporkan (to inform). 
  2. Menjamu dan menghibur (to entertain).
  3. Membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade).

Beberapa prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara antara lain:

  1. Membutuhkan paling sedikit dua orang.
  2. Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama
  3. Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum.
  4. Merupakan suatu pertukaran antar partisipan.
  5. Menghubungkan setiap pembicaraan dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera.
  6. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.
  7. Melibatkan perlengkapan yang berhubungan dengan suara atau bunyi bahasa dan pendengaran.

Keterampilan utama dalam berbicara yaitu:

  1. Keterampilan sosial, kemampuan berpartisipasi secara efektif dalam hubungan-hubungan masyarakat. Keterampilan ini menuntut agar kita mengetahui apa yang dibicarakan, bagaimana cara mengatakannya dan kapanmengatakannya.
  2. Keterampilan semantik, kemampuan mempergunakan kata-kata dengan tepat arti.
  3. Keterampilan fonetik, kemampuan membentuk unsur-unsur fonemik bahasa kita secara tepat.
  4. Keterampilan vokal, kemampuan menciptakan efek emosional yang diinginkan dengan suara.

 

3.3 Ragam Berbicara

Secara garis besar, berbicara dapat dibagi atas:

  1. Berbicara di muka umum (public speaking) mencakup empat jenis, yaitu:
    1. Berbicara untuk melaporkan.
    2.  Berbicara secara kekeluargaan
    3. Berbicara untuk meyakinkan
    4. Berbicara untuk merundingkan
    5. Berbicara pada konferensi, yang meliputi:
      1. Diskusi kelompok. 
      2. Prosedur perlementer.
      3. Debat.

 

3.4  Faktor Penunjang dan Penghambat Keterampilan Berbicara

3.4.1 Faktor Penunjang

Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga audience atau majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapa tsampai kepada audience dengan baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang keefektifan berbicara, yaitu

  1. a.      Faktor Kebahasaan

Faktor kebahasaan yang terkait dengan keterampilan berbicara antara lain:

1)      Ketepatan pengucapan atau pelafalan bunyi.

2)      Penempatan tekanan, nada, jeda, intonasi dan ritme.

3)      Pemilihan kata dan ungkapan yang baik

4)      Ketepatan susunan kalimat

  1. b.      Faktor Non-kebahasaan

1)      Sikap yang tenang, wajar, dan tidak kaku

2)      Pandangan diarahkan kepada lawan bicara

3)      Kesediaan menghargai pendapat orang lain

4)      Kesediaan mengoreksi diri sendiri

5)      Keberanian mengemukakan dan mempertahankan pendapat

6)      Gerak-gerik dan mimik yang tepat

7)      Kenyaringan suara

8)      Kelancaran

9)      Penalaran dan relevansi

10)  Penguasaan topik

 

3.4.2 Faktor Penghambat

            Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara. Tiga faktor penyebab gangguan dalam kegiatan berbicara, yaitu:

1)      Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang berasal dari luar partisipan

2)      Faktor media, yaitu faktor linguistik dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu, irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh

3)      Faktor psikologis, yaitu kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya dalam keadaan marah, menangis, sakit.

3.5 Jenis Situasi Berbicara


         Kemudian sehubungan dengan keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat meminta lawan berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.


Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara. Pembicara harus dapat

  1. Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya.
    1. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat sehingga pendengar daoat memahami apa yang diucapkan pembicara.
    2. Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.
      1. Menggunakan register aau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan pendengar.
      2. Berupaya agar kalimat-kalimat utama jelas bagi pendengar.

 

  1. V.                Praktik Presenter Merupakan Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara

         Di Sekolah Menengah Atas (SMA) , keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek pelajaran Bahasa Indonesia yang dipelajari sejak kelas X sampai dengan kelas XII. Makin tinggi tingkatan kelas, makin dalam materi berbicara yang dipelajari.

            Dalam Kurikulum 2006, tertuang jelas keterampilan berbicara yang harus dipelajari siswa,  meliputi: memperkenalkan diri dan orang lain dalam forum resmi, mendiskusikan masalah yang ditemukan dari berbagai berita, artikel, atau buku, menceritakan berbagai pengalaman,  mengemukakan hal yang menarik daari cerita pendek,menemukan nilai-nilai cerita pendek, memberikan kritik terhadap suatu informasi, memberikan persetujuan/dukungan terhadap artikel, membahas isi puisi, menghubungkan isi puisi dengan realitas, menjelaskan uraian topik dari hasil membaca, menjelaskan hasil wawancara, menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, mengekspresikan perilaku dan dialog tokoh, mempresentasikan hasil penelitian, mengomentari tanggapan orang lain, mengungkapkan gagasan dan tanggapan dalam diskusi, mengungkapkan pendapat tentang pembacaan puisi, dan berpidato tanpa teks.

            Sedangkan dalam Kurikulum 2013 keterampilan berbicara meliputi: menanggapi isi teks laporan, mendiskusikan teks prosedur, menanggapi pendapat orang lain, berpidato, berdialog, bermonolog, menceritakan ulang teks prosedur, bernegoisasi, menginterpretasi makna teks.

            Dalam proses pembelajaran, kendala yang sering dihadapi guru dalam mengajarkan keterampilan berbicara adalah siswa kurang mempunyai kepercayaan diri, kurang menguasai diksi, kurang berwawasan luas, serta kurang menguasai tata cara berbahasa sesuai situasi dan kondisi. Oleh sebab itu, guru perlu membuat terobosan metode yang menarik agar siswa terlatih berbicara dalam segala situasi.

            Salah satu terobosan tersebut adalah praktik menjadi host atau presenter. Metode ini mirip dengan metode bermain peran. Metode bermain peran adalah berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis. Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai dengan tujuan untuk menghayati perasan, sudut pandang, dan cara berpikir orang lain (Depdikbud, 1964:171). Sedangkan Syaiful Sagala mendefinisikan metode bermain peran adalah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problema peserta didik dapat memecahkan masalah yang muncul dari situasi sosial (www.academia.edu/.../Metode_Pembelajaran_Bermain, diunduh tanggal 15 Mei 2015).

            Dalam praktik bermain peran menjadi host atau presenter ini guru terlebih dahulu membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok maksimal terdiri dari 5 (lima orang).Sebelum mulai bermain peran, anggota kelompok berdiskusi menentukan acara untuk praktik host. Misalnya, kelompok menentukan akan praktik host dalam acara berita, entertaiment, laporan tempat bersejarah, dll. Selanjutnya kelompok membagi tugas peran. Ada yang berperan sebagai host, sebagai pelaku entertaiment, kameramen, menyiapkan teks berita. Praktik host bisa dilaksanakan di luar sekolah, siswa melakukan proses shooting. Pada kesempatan pembelajaran berikutnya siswa bersama-sama menyaksikan hasil shooting. Khusus yang berperan sebagai host diharapkan tampil bersungguh-sungguh seperti layaknya seorang pemandu acara. Setiap penayangan hasil shooting diberi evaluasi oleh kelompok lain dan oleh guru.   Kelebihan dan kekurangan penampilan siswa yang menjadi host atau presenter menjadi bahan masukan dalam penguasaan keterampilan berbicara.

            Hal-hal yang dievaluasi dari penampilan pemeran host atau presenter meliputi: kepercayaan diri dalam berbicara, pemilihan diksi, penggunaan lafal, intonasi, ekspresi, dan gesture (bahasa tubuh). Hasil shooting pemeran host yang baik bisa diunggah di youtube untuk memotivasi siswa dan menimbulkan kebanggaan serta kepercayaan diri.

            Praktik menjadi host atau presenter dapat juga dilakukan di luar kegiatan pembelajaran, yaitu pada saat sekolah mengadakan acara-acara pentas seni, liga futsal, lomba-lomba, dll. Guru Bahasa Indonesia bisa memberi tugas siswa untuk berperan menjadi host/presenter acara-acara tersebut.

            Metode bermain peran menjadi host atau presenter ini jika dilaksanakan berulang-ulang akan memacu siswa untuk lebih bersungguh-sungguh dalam belajar keterampilan berbicara sebab siswa dituntut untuk mampu berbicara dalam segala situasi tanpa menggunakan teks. Siswa belajar untuk percaya diri, mampu memilih diksi, berlatih menggunakan lafal, intonasi, ekspresi dan gesture.

  1. VI.             Penutup

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan dalam bahasa Indonesia. Aspek keterampilan berbicara termasuk materi yang harus dikuasai oleh siswa karena materi tersebut juga tercantum dalam kurikulum, baik kurikulum 2006 maupun kurikulum 2013.

Mengingat ada beberapa kendala yang dialami siswa saat belajar keterampilan berbicara, maka guru perlu membuat terobosan metode. Metode tersebut diharapkan menarik dan bisa memotivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Salah satu metode yang bisa diterapkan adalah metode bermain peran, khususnya praktik menjadi host atau presenter

Metode bermain peran menjadi host atau presenter termasuk metode yang menarik bagi siswa sebab siswa sering menyaksikan peran host atau presenter di televisi. Dengan metode ini diharapkan siswa termotivasi berbicara di depan kelas dengan penuh percaya diri, menggunakan diksi yang tepat, memperhatikan lafal, intonasi dan gesture yang tepat. Dengan berulang kali menggunakan metode ini diharapkan kemampuan berbicara siswa semakin meningkat..

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ainamulyana blogspot.com/metode pembelajaran, diunduh tanggal 15 Mei 2015.

Burhan, Nurgiyantoro. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPFE

 

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Suplemen Kurikulum 1994. Jakarta:  Depdikbud.

 

https://asiaaudiovisualexc09adibganteng.wordpress.co, diunduh tanggal 15 Mei 2015.

http://derianggraini.blogspot.com diunduh tanggal 15 Mei 2015.

https://ferdi1089.wordpress.com/.../keterampilan-berbahasa diunduh tanggal 15 Mei 2015.

Sumadiria, Haris. 2006. Bahasa Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Tarigan, H.G. 1986. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

(www.academia.edu/.../Metode_Pembelajaran_Bermain..diterbitkan tanggal 15 Mei 20115

 

 

 

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment